Sabtu, 30 Maret 2013

Konsep sehat


Tahukah anda tentang tentang sehat ?? inginkah kalian hidup sehat selalu ??? tentu saja kalian tahu dan selalu menginginkan kesehatan tentunya. Di artikel kali ini saya ini saya akan membahas tentang konsep sehat berdasarkan dimensi , sejarah dan pendekatan menurut para ahli. Yang pertama saya akan membaha tentang konsep sehat berdasarkan 5 dimensi yang diuraikan dibawah ini : 

Konsep sehat berdasarkan : 

1.   Dimensi Emosi
     Konsep sehat yaitu keadaan sehat baik fisik, emosional (emosi yang masih bisa dikontrol atau dikendalikan), pikiran atau intelektual (berfikir positif), sosial (fleksibel ketika  berinteraksi sosial dengan  lingkungan sekitar) dan spiritual (dengan melakukan ibadah dan aturan-aturan agama yang dianutnya).  Dahulu batasan dimensi kesehatan hanya meliputi tiga dimensi yaitu fisik, mental dan sosial. Namun dalam Undang-undang No.36 Tahun 2009, kesehatan mencakup 4 aspek yaitu : fisik, mental, sosial dan ekonomi. Dalam hal ini bahwa kesehatan seseorang tidak hanya dilihat dari fisik, mental dan sosial semata tetapi dilihat dan diukur pula dari aspek produktifitasnya dalam hal perekonomian dalam arti mempunyai pekerjaan yang dapat menghasilkan sesuatu secara ekonomi. Dengan begitu berarti dia dapat menghidupi dirinya sendiri dan keluarganya bila dia telah mempunyai keluarga. Namun, bagi yang belum memasuki dunia kerja seperti anak-anak dan remaja produktifitasnya bisa dilihat dari sosial-ekonomi yaitu dengan menunjukkan prestasi yang baik, baik dalam bidang akademik maupun nonakademik. Sedangkan bagi yang usia lanjut atau para pensiunan produktifitasnya bisa dilihat dari kegiatan sosial dan keagamaan yang bermanfaat baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang-orang di sekitarnya.


2.  Dimensi Intelektual
     Memecahkan suatu permasalahan yang ada dengan pikiran yang tenang, yang dapat  
memecahkan masalah tersebut dengan efektif.

3.    Dimensi Fisik dan Mental
     Terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
“jiwa” mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
• Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
• Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
• Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam). Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.
Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.

4.   Dimensi Sosial
     Terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai

http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/05/pengertian-sehat.html

5.   Dimensi Spiritual
     Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.
Spiritual bertindak sebagai suatu tema yang terintegrasi dalam kehidupan seseorang. Spiritual seseorang akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap kesehatan dilihat dari perspektif yang luas. Fryback (1992) menemukan hubungan kesehatan dengan keya­kinan terhadap kekuatan yang lebih besar, yang telah memberikan seseorang keyakinan dan kemampuan untuk mencintai. Kesehatan dipandang oleh beberapa orang sebagai suatu kemampuan untuk menjalani kehidupan secara utuh. Pelaksanaan perintah agama merupakan suatu cara seseorang berlatih secara spiritual.


SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL

Sejarah kesehatan mental tidaklah sejelas sejarah ilmu kedokteran. Ini terutama karena masalah mental bukan merupakan masalah fisik yang dengan mudah dapat diamati dan terlihat. Berbeda dengan gangguan fisik yang dapat dengan relatif mudah dideteksi, orang yang mengalami gangguan kesehatan mental sering kali tidak terdeteksi. Sekalipun oleh anggota keluarganya sendiri. Hal ini lebih karena mereka sehari-hari hidup bersama sehingga tingkah laku yang mengindikasikan gangguan mental dianggap hal yang biasa, bukan sebagai gangguan.
Khusus untuk masyarakat I ndonesia, masalah kesehatan mental saat ini belum begitu mendapat perhatian yang serius. Krisis yang saat ini melanda membuat perhatian terhadap kesehatan mental kurang terpikirkan. Orang masih fokus pada masalah kuratif, kurang memperhatikan hal-hal preventif untuk menjaga mental supaya tetap sehat. Tingkat pendidikan yang beragam dan terbatasnya pengetahuan mengenai perilaku manusia turut  membawa dampak kurangnya kepekaan masyarakat terhadap anggotanya yang mestinya mendapatkan pertolongan di bidang kesehatan mental. Faktor budaya pun seringkali membuat masyarakat memiliki pandangan yang beragam mengenai penderita gangguan mental. Oleh sebab itu, berikut dipaparkan sejarah mengenai perkembangan kesehatan mental, terutama di Amerika dan Eropa, dan semoga paparan ini menjadi referensi berbagai pandangan mengenai kesehatan mental yang saat ini ada di Indonesia.