Kamis, 04 April 2013

Konsep Sehat (Softskill)


KONSEP SEHAT

Tahukah anda tentang tentang sehat ?? inginkah kalian hidup sehat selalu ??? tentu saja kalian tahu dan selalu menginginkan kesehatan tentunya. Di artikel kali ini saya ini saya akan membahas tentang konsep sehat berdasarkan dimensi , sejarah dan pendekatan menurut para ahli. Yang pertama saya akan membaha tentang konsep sehat berdasarkan 5 dimensi yang diuraikan dibawah ini :
Konsep sehat berdasarkan :

1.      Dimensi Emosi
Konsep sehat yaitu keadaan sehat baik fisik, emosional (emosi yang masih bisa dikontrol atau dikendalikan), pikiran atau intelektual (berfikir positif), sosial (fleksibel ketika  berinteraksi sosial dengan  lingkungan sekitar) dan spiritual (dengan melakukan ibadah dan aturan-aturan agama yang dianutnya).  Dahulu batasan dimensi kesehatan hanya meliputi tiga dimensi yaitu fisik, mental dan sosial. Namun dalam Undang-undang No.36 Tahun 2009, kesehatan mencakup 4 aspek yaitu : fisik, mental, sosial dan ekonomi. Dalam hal ini bahwa kesehatan seseorang tidak hanya dilihat dari fisik, mental dan sosial semata tetapi dilihat dan diukur pula dari aspek produktifitasnya dalam hal perekonomian dalam arti mempunyai pekerjaan yang dapat menghasilkan sesuatu secara ekonomi. Dengan begitu berarti dia dapat menghidupi dirinya sendiri dan keluarganya bila dia telah mempunyai keluarga. Namun, bagi yang belum memasuki dunia kerja seperti anak-anak dan remaja produktifitasnya bisa dilihat dari sosial-ekonomi yaitu dengan menunjukkan prestasi yang baik, baik dalam bidang akademik maupun nonakademik. Sedangkan bagi yang usia lanjut atau para pensiunan produktifitasnya bisa dilihat dari kegiatan sosial dan keagamaan yang bermanfaat baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang-orang di sekitarnya.

2.      Dimensi Intelektual
Memecahkan suatu permasalahan yang ada dengan pikiran yang tenang, yang dapat 
memecahkan masalah tersebut dengan efektif.

3.      Dimensi Fisik dan Mental
Terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
“jiwa” mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
• Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
• Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
• Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa (AllAH S.W.T dalam agama islam). Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.
Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.

4.      Dimensi Sosial
terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai
http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/05/pengertian-sehat.html

5.      Dimensi Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.
Spiritual bertindak sebagai suatu tema yang terintegrasi dalam kehidupan seseorang. Spiritual seseorang akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap kesehatan dilihat dari perspektif yang luas. Fryback (1992) menemukan hubungan kesehatan dengan keya­kinan terhadap kekuatan yang lebih besar, yang telah memberikan seseorang keyakinan dan kemampuan untuk mencintai. Kesehatan dipandang oleh beberapa orang sebagai suatu kemampuan untuk menjalani kehidupan secara utuh. Pelaksanaan perintah agama merupakan suatu cara seseorang berlatih secara spiritual.

SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL
Sejarah kesehatan mental tidaklah sejelas sejarah ilmu kedokteran. Ini terutama karena masalah mental bukan merupakan masalah fisik yang dengan mudah dapat diamati dan terlihat. Berbeda dengan gangguan fisik yang dapat dengan relatif mudah dideteksi, orang yang mengalami gangguan kesehatan mental sering kali tidak terdeteksi. Sekalipun oleh anggota keluarganya sendiri. Hal ini lebih karena mereka sehari-hari hidup bersama sehingga tingkah laku yang mengindikasikan gangguan mental dianggap hal yang biasa, bukan sebagai gangguan.
Khusus untuk masyarakat I ndonesia, masalah kesehatan mental saat ini belum begitu mendapat perhatian yang serius. Krisis yang saat ini melanda membuat perhatian terhadap kesehatan mental kurang terpikirkan. Orang masih fokus pada masalah kuratif, kurang memperhatikan hal-hal preventif untuk menjaga mental supaya tetap sehat. Tingkat pendidikan yang beragam dan terbatasnya pengetahuan mengenai perilaku manusia turut  membawa dampak kurangnya kepekaan masyarakat terhadap anggotanya yang mestinya mendapatkan pertolongan di bidang kesehatan mental. Faktor budaya pun seringkali membuat masyarakat memiliki pandangan yang beragam mengenai penderita gangguan mental. Oleh sebab itu, berikut dipaparkan sejarah mengenai perkembangan kesehatan mental, terutama di Amerika dan Eropa, dan semoga paparan ini menjadi referensi berbagai pandangan mengenai kesehatan mental yang saat ini ada di Indonesia.



PENDEKATAN KESMEN MENURUT :
1. Orientasi Klasik
Orientasi ini biasa digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri yang artinya ialah bebas dari masalah fisik dan mental. Intinya adalah sehat itu keseimbangan dari mental dan fisik yang bebas masalah. Di dunia Psikologi pengertian seperti ini tidak selalu sesuai, dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa yang tandanya tidak menerima kontak dengan realitas. Orang yang seperti itu biasanya tidak merasakan sama sekali adanya keluhan dengan dirinya walaupun hilang kesadaran dan tidak mampu mengurus dirinya secara layak. Pengertia sehat mental dari orientasi klasik terlalu tradisional untuk digunakan dalam konteks Psikologi. Kekurangan itu diatasi dengan menbuat pengertian baru dari kata sehat. Penyesuaian diri terhadap lingkungan adalah salah satu tanda dari sehat mentalnya seseorang.

2. Orientasi penyesuaian diri
Konteks lingkungan sangat dekat dengan orientasi penyesuaian diri karena sangat berkaitan dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial budaya. Sehat atau tidaknya mental seseorang sangat relative untuk ditentukan dari kondisi kejiwaannya saja, hubungan dengan lingkungan juga sangat mempengaruhi. kriteria sehat mental antara masyarakat di satu wilayah sangat mungkin berbeda dengan wilayah lain karena norma sosial budaya yang berbeda tersebut.


3. Orientasi pengembangan potensi
Salah satu syarat untuk mencapai kesehatan jiwa adalah jik seseorang mendapat kesempatan untuk mengembangkan bakat dan potensi menuju kedewasaan karena ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri. Dalam psikoterapi akal fikiran bukanlah pengendali utama setiap tindakan, terkadang perasaan juga bisa menjadi pengendali  sehingga bisa diketahui tujuan kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi juga memajukan jiwa. Kita tidak dapat menganggap bahwa kesehatan mental hanya sekedar usaha untuk mencapai kebahagiaan masyarakat, karena kebahagiaan masyarakat itu tidak akan menimbulkan kebahagiaan dan kemampuan individu secara otomatis, kecuali jika kita masukkan dalam pertimbangan kita, kurang bahagia dan kurang menyentuh aspek individu, dengan sendirinya akan mengurangi kebahagiaan dan kemampuan sosial.


TEORI KEPRIBADIAN SEHAT MENURUT;
1.  Aliran Psikoanalis
Menurut Erikson, perkembangan manusia melewati suatu proses dialektik yang harus dilalui dan hasil dari proses dialektik ini adalah salah satu dari kekuatan dasar manusia yaitu harapan, kemauan, hasrat, kompetensi, cinta, perhatian, kesetiaan dan kebijaksanaan. Perjuangan di antara dua kutub ini meliputi proses di dalam diri individu (psikologis) dan proses di luar diri individu (sosial). Dengan demikian, perkembangan yang terjadi adalah suatu proses adaptasi aktif. Remaja menurut Erikson, memiliki dua kutub dialektik yaitu Identitas dan Kebingungan . Salah satu dari pencarian individu dalam tahapan ini yaitu pencarian identitas dirinya dengan menjawab satu pertanyaan penting yaitu “Siapa Aku?”. Bila individu berhasil menjawabnya akan menjadi basis bagi perkembangan ke tahap selanjutnya. Namun, apabila gagal, maka akan menimbulkan kebingungan identitas di mana individu tidak berhasil menjawab siapa dirinya yang sebenarnya. Apabila seorang individu tidak berhasil menemukan identitas dirinya, maka ia akan sulit sekali mengembangkan keintiman dengan orang lain terutama dalam hubungan heteroseksual dan pembentukan komitmen seperti yang terdapat dalam pernikahan.

2.  Aliran Behavioristik
Pendekatan behaviorisme merupakan perspektif tentang
karakteristik alamiah manusia dan strategi ilmiah untuk
mempelajari individu. Pendekatan teori pembelajaran behavioristik
terhadap kepribadian memiliki dua asumsi dasar, yaitu:
1.) Perilaku harus dijelaskan dalam kerangka pengaruh kausal
lingkungan terhadap diri orang tersebut.
2. ) Pemahaman terhadap manusia harus dibangun berdasarkan
riset ilmiah objektif dimana variabel dikontrol dengan seksama
dalam eksperimen laboratorium.
Menurut pandangan behavioristik, individu bertindak karena
kekuatan lingkungan yang menyebabkan ia melakukan hal
tersebut. Perilaku bersifat responsif terhadap variabel penguatan
dalam lingkungan dan lebih tergantung pada situasi. Behavioris
menyadari bahwa individu memiliki pikiran dan perasaan, akan
tetapi pikiran dan perasaan tersebut sebagai perilaku yang juga
disebabkan oleh lingkungannya. Kepribadian menurut pandangan ini
merupakan pola deskriptif pengalaman psikologis yang pada
kenyataannya diakibatkan oleh lingkungan.
Jadi dapat disimpulkan untuk membentuk  suatu kepribadian yang sehat harus ditunjang dengan lingkungan yang sehat pula.

3.  Aliran Humanistik
Individu dituntut untuk mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan saja mengandalakan pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada masa lalu dan memberikan diri untuk belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik dan benar sehingga menghasilkan respon individu yang bersifat pasif. Ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Humanistik menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri. Bagi ahli-ahli psikologi humanistik, manusia jauh lebih banyak memiliki potensi. Manusia harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan ciri-ciri lingkungan. Manusia juga harus berkembang dan tumbuh melampaui kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial menghambat.

4.  Menurut Allport
Allport pada dasarnya mempunyai pandangan yang optimistik dan penuh harapan mengenai kemanusiaan.ia menolak pandangan psikoanalisis dan behaviorisme mengenai kemanusiaan karena di anggap terlalu dereministik dan mekanistik.ia yakin bahwa takdir dan karakter kita tidak di tentukan oleh motif tidak sadar yang berasal dari awal masa kanak-kanak,namun oleh pilihan yang disadari,yang kita buat di masa sekarang.kita bukanlah sesuatu yang bersifat otomatis,yang bereaksi secara sembarangan terhadap dorongan-dorongan dari sistem penghargaan dan hukuman.malah kita mampu berinteraksi dengan lingkungan kita dan membuatnya menjadi reaktif terhadap kita.kita tidak hanaya mencari cara untuk menurunkan tekanan,tetapi juga untuk mempertahakan tekanan-tekanan baru,kita menginginkan perubahan dan tantangan serta bersifat aktif,bertujuan dan fleksibel.

5.  Menurut Rogers
Menurut Rogers, apabila orang-orang dapat bertanggung jawab terhadap kepribadian mereka sendiri dan mampu memperbaikinya, maka mereka harus menjadi makhluk yang sadar dan rasional. Rogers percaya bahwa orang-orang dibimbing oleh persepsi sadar mereka sendiri tentang diri mereka dan dunia sekitar mereka. Kriteria terakhir seseorang adalah pada pengalaman sadarnya sendiri dan pengalaman itu memberikan kerangka intelektual dan emosional di mana kepribadian terus-menerus tumbuh.
Rogers mengemukakan bahwa pengalaman-pengalaman masa lampau dapat mempengaruhi cara bagaimana kita memandang masa sekarang yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat psikologis kita. Jadi, fokus Rogers tetap pada apa yang terjadi dengan kita sekarang, bukan pada apa yang terjadi waktu itu.


6.  Menurut Maslow
Individu yang berhasil mengembangkan cintanya, bukan lagi diarahkan ke dalam diri sendiri, tetapi bisa diperluas pada orang-orang lain. Individu yang sehat melihat pertumbuhan dan perkembangan orang lain menjadi sama pentingnya pertumbuhan dan perkembangan diri sendiri. Maslow menempatkan rasa tanggung jawab pada orang lain melalui hierarki kebutuhannya, terutama pada kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan. Maslow juga menyatakan bahwa pertumbuhan psikologis akan menghasilkan kesehatan psikologis, sedangkan orang yang gagal bertumbuh dengan sendirinya akan mengalami gejala patologi baik mental maupun fisik.

7.  Menurut Erich Fromm
Pribadi yang mampu hidup dalam masyarakat sosial yang ditandai dengan hubungan-hubungan yang manusiawi, diwarnai oleh solidaritas penuh cinta dan tidak saling merusak atau menyingkirkan satu dengan lainnya. Tujuan hidup seorang pribadi adalah keberadaan dirinya itu sendiri dan bukan pada apa yang dimiliki, pada apa kegunaannya atau fungsinya.



                   http://linaajadeh.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar